Tanpa kita sadari sebelumnya sering
kali kita melihat dan menggunakan aplikasi kompresor dalam kebutuhan
sehari-hari. Contoh yang umum dan paling sederhananya adalah pompa ban untuk
sepeda atau mobil. Cara kerjanya torak ditarik ke atas sehingga menyebabkan
tekanan dalam silinder di bawah torak akan menjadi negatif atau lebih kecil
dari tekanan atmosfer dan udara akan masuk melalui katup isap. Kemudian jika
torak ditekan ke bawah maka volume udara akan terkurung di bawah torak dan akan
mengecil sehingga tekanannya pun akan naik. Jika turun naik torak tersebut
dilakukan secara terus menerus maka volume akan semakin kecil dan tekanan di
dalam silinder akan naik dan akan melebihi tekanan dalam ban tersebut. Udara
yang dimampatkan tersebut akan terdorong masuk melalui pentil ke dalam ban. Akibatnya tekanan di dalam ban akan semakin
tinggi dan ban terlihat lebih besar jika kita lihat secara fisik.
Gambar 1. Pompa Ban
(sumber:
1.bp.blogspot.com)
Penggunaan udara
tekan maupun kompresor sangat luas sebagai sumber tenaga. Dalam keseharian
dapat kita kenal di antaranya pada:
1. Rem pada bis dan kereta api,
serta pembuka atau penutup lainnya
2. Udara tekan untuk pengecatan
3. Penggerak bor gigi pada peralatan
dokter gigi
4. Pemberi udara pada akuarium
5. Pompa air panas pada sumber air
panas
6. Pembotolan minuman
Selain dalam
kehidupan sehari-hari udara tekan juga dipakai hampir di semua industri
pembuatan tambang, keramik, kimia, makanan, perikanan, pekerjaan sipil, dan
pembangunan gedung. Adapaun kelebihan yang dimiliki oleh udara tekan yang
dihasilkan oleh kompresor dibandingkan dengan listrik dan tenaga hidrolik dalam
hal berikut ini:
1. Konstruksi dan operasi mesin
sangat sederhana
2. Pemeliharaan dan pemeriksaan
dapat dilakukan dengan mudah
3. Energi dapat disimpan
4. Kerja dapat dilakukan dengan
tepat
5. Harga mesin dan peralatannya
relatif murah
6. Kebocoran udara yang terjadi
tidak akan terlalu membahayakan serta tidak menimbulkan pencemaran
Untuk mengetahui
lebih jelasnya bagaimana proses pemampatan udara yang dilakukan oleh kompresor maupun
udara tekan kita dapat belajar mengenai teori kompresi, proses kompresi gas,
efisiensi volumetrik dan adiabatik, akan dijelaskan secara ringkasnya di bawah
ini:
I.
Teori Kompresi
a. Hubungan antara tekanan dan volume
Selain contoh ban sepeda, dalam keseharian kita juga dapat melihat pada alat penyuntik. Jika penyuntik tanpa jarum tersebut kita tutup dengan ujung jari dan tangkainya kita dorong maka akan terasa adanya tekanan yang bertambah besar. Kejadian ini sama seperti yang terjadi pada pompa ban sepeda akibat mengecilnya volume dalam silinder karena dimampatkan oleh torak.
Selain contoh ban sepeda, dalam keseharian kita juga dapat melihat pada alat penyuntik. Jika penyuntik tanpa jarum tersebut kita tutup dengan ujung jari dan tangkainya kita dorong maka akan terasa adanya tekanan yang bertambah besar. Kejadian ini sama seperti yang terjadi pada pompa ban sepeda akibat mengecilnya volume dalam silinder karena dimampatkan oleh torak.
Hubungan antara tekanan dan
volume gas tadi dapat diuraikan sebagai berikut. Jika selama kompresi
temperatur gas tetap dijaga (tidak bertambah panas) maka pengecilan volume
menjadi ½ kali akan menaikan tekanan menjadi 2 kali lipatnya begitu juga jika ¼
kali akan menjadi 4 kali lipat pula. Artinya “jika gas dikompresikan pada
temperatur tetap maka tekanannya akan berbanding terbalik dengan volume”
seperti hukum Boyle yang menyatakan:
P1V1
=
P2V2 =
Tetap
Dinyatakan dalam kgf/cm2
atau Pa dan volume dalam m3
b. Hubungan antara temperatur dan
volume
Hukum
Charles menyebutkan bahwa “semua macam gas apabila dinaikkan temperatur sebesar
1°C pada tekanan tetap, akan mengalami perubahan volume sebesar 1/273 dari
volumenya pada 0°C. Sebaliknya apabila diturunkan temperaturnya sebesar 1°C,
akan mengalami pengurangan volume dengan proporsi
yang.” Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
yang.” Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pada temperatur t2°C untuk tekanan yang sama gas mempunyai volume
Jika persamaan 1 dibagi dengan
persamaan 2 menjadi:
Lambang
t menyatakan temperatur dalam skala °C. Di samping skala Celcius orang dapat memakai
Kelvin (°K) dimana 0°K = -273 °C. Temperature skala °K disebut temperatur mutlak
dengan lambang T. Hubungan antara t dengan T dapat dituliskan:
Jika temperatur dinyatakan dalam
temperatur mutlak (°K)
maka dapat dituliskan sebegai berikut:
Jadi karena persamaan
di atas Hukum Charles dapat pula dikatakan “Pada proses tekanan tetap, volume
gas berbanding lurus dengan temperatur mutlaknya”.
c. Persamaan Keadaaan
Hukum
Boyle dan Charles dapat digabungkan menjadi hukum Boyle Charles yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Dimana
P : Tekanan mutlak (kgf/m2) atau
Pa
V : Volume (m3)
G : Berat Gas (Kgf) atau (N)
T : Temperatur mutlak (°K)
R : Konstanta Gas (m/°K)
Harga
R berbeda untuk masing-masing gas. Untuk
udara kering harga R = 29,27 m/°K
sedangkan untuk udara lembab R =
29,46 m/°K
Persamaan
di atas dapat pula ditulis secara lain sbb:
Dimana
v
: V/G adalah volume spesifik (m3/kgf)
karena v = 1/γ dimana γ = berat jenis (kgf/m3)
maka persamaan di atas dapat pula dituliskan sebagai berikut:
Dapat pula dituliskan sebagai berikut:
Gas
yang memnuhi persamaan ini disebut gas ideal
II.
Proses Kompresi Gas
Proses kompresi gas ini terbagi
atas cara kompresi dan perubahan temperatur:
a. Cara Kompresi
Dapat
dilakukan menurut tiga cara yaitu proses isotermal, adiabatik, dan politropik. Perlakuannya
adalah sebagai berikut:
(1) Kompresi Isothermal
Jika
satu gas dikompresikan, maka ada energi mekanik yang diberikan dari luar kepada
gas. Energi ini pun berubah menjadi panas dan temperaturnya naik jika tekanan
semakin tinggi. Namun jika dibarengi dengan pendinginan temperatur dapat dijaga
tetap. Ini disebut dengan kompresi isothermal (temperatur tetap). Hal ini dapat
ditulis sebagai berikut berdasarkan Pers. 7:
Yang ekuivalen dengan hukum Boyle
Kompresi
ini sangat berguna dalam analisa teoritis namun untuk perhitungan tidak banyak
kegunaannya untuk kompresor. Hal ini disebabkan tidak mungkin untuk menjaga
temperatur udara yang tetap dalam silinder karena cepatnya proses kompresi.
(2) Kompresi Adiabatik
Proses
adiabatik terjadi jika silinder diisolasi secara sempurna terhadap panas. Pada
prakteknya proses ini tidak pernah terjadi secara sempurna karena isolasinya
terhadap silinder juga tidak pernah dapat sempurna pula. Hanya saja sering kali
dipakai dalam kajian teoritis proses kompresi.
Hubungan
antara tekanan dan volume:
Di
mana k = Cp/Cv, dengan Cp= 1,005 kJ/(Kg°C) dan
Cv=0,712 kJ/(Kg°C)
Jika
dibandingkan dengan proses isothermal dapat dilihat bahwa untuk pengecilan
volume yang sama, proses adiabatik akan menghasilkan tekanan yang Lebih tinggi.
Contohnya berdasarkan rumus yang telah ada, jika volume diperkecil menjadi ½, maka
kompresi adiabatik menjadi 2,64 kali lipat sedangkan kompresi isothermal hanya
2 kali lipat. Namun kerja yang diperlukan pada kompresi Dian=batik juga lebih
besar.
(3) Kompresi Politropik
Kompresi
yang sesungguhnya bukan merupakan proses isothermal maupun adiabatik tetapi diantara
keduanya yaitu kompresi politropik.
Hubungan
antar P dan v dapat dirumuskan sebagai berikut:
n Disebut indeks politropik dan harganya
terletak antara 1 (Proses Isothermal) dan k (proses adiabatik). Jadi
1 < n < k. Untuk Kompresor biasa n = 1,25 ~ 1,35
Gambar 2. Hubungan
antara volume dan tekanan pada berbagai kompresi
b. Perubahan Temperatur
Temperatur
gas dapat berubah tergantung pada jenis proses yang dialami, hubungan antara
temperatur dengan tekanan adalah sebagai berikut:
(1) Kompresi Isothermal
Seperti
yang telah dijelaskan pada cara kompresi isothermal di atas dalam proses ini
temperatur dijaga tetap sehingga tidak berubah.
(2) Proses Adiabatik
Tidak
ada panas yang dibuang keluar silinder pada proses ini ataupun dimasukkan
sehingga fungsinya sendiri untuk menaikkan temperatur gas. Secara teoritis temperatur
yang dicapai oleh gas keluar adalah:
Di
mana Td : Temperatur gas keluar
kompresor (°K)
Ts : Temperatur Isap gas
masuk kompresor (°K)
m : jumlah
tingkat kompresi; m= 1, 2, 3,... (untuk m > 1 tersebut mencakup
proses pendinginan pada intercooler, sehingga keseluruhan kompresi bukan murni
proses adiabatik
k : Cp/Cv, perbandingan panas jenis gas
Gambar
3. Perbandingan tekanan dan temperatur kompresi
dalam
kompresi adiabatik (m=1)
(3) Proses Politropik
Temperatur
pada kompresor yang sesungguhnya, tergantung pada ukuran dan jenisnya, dan
biasanya diusahakan serendah-rendahnya. Untuk menghitung temperatur kompresi
dapat dengan menggunakan persamaan seperti proses adiabatik.
III.
Efisiensi Volumetrik Dan
Adiabatik
Terdapat efisiensi yang penting
dalam proses kompresi yaitu efisiensi volumetrik dan adiabatik yang akan dijelaskan
di bawah ini.
a. Efisiensi Volumetrik
Efisiensi volumetris dapat didefinisikan sebagai berikut:
Dimana: Qs : volume gas yang dihasilkan (m3/min)
Qth : perpindahan torak (m3/min)
Besarnya efisiensi volumetris ini dapat
dihitung secara teoritis berdasarkan volume gas yang diisap secara efektif oleh
kompres pada langkah isapnya. Dari perhitungan tersebut diperoleh rumus sebagai
berikut:
Di mana: E : Vc/Vs, volume sisa
(clearence) relatif
Pd : Tekanan keluar dari
silinder tingkat pertama (kgf/cm2 abs)
Ps : Tekanan isap dari
silinder tingkat pertama (kgf/cm2 abs)
n : koefisien ekspansi
gas yang tertinggal di dalam volume sisa
Efisiensi volumetris juga tergantung pada
faktor-faktor rancangan kompresor seperti bentuk ukuran silinder, dan susunan
katup-katup.
Gambar
4. Efisiensi volumetris dan perbandingan tekanan
b. Efisiensi Adiabatik Keseluruhan
Banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pada kompresor seperti tahanan
aerodinamik di dalam katup-katup, saluran-saluran, pipa-pipa, kerugian mekanis,
pendingin dan lain-lain. Oleh karena itu sangat sulit menentukan secara tepat
pengaruh masing-masing dari faktor tersebut. Maka digabungkan dalam efisiensi
adiabatik keseluruhan.
Efisiensi
adiabatik sendiri dapat didefinisikan sebagai daya yang diperlukan untuk
memampatkan gas dengan siklus adiabatik dibagi dengan daya yang sesungguhnya diperlukan
oleh kompresor pada porosnya. Dalam rumus dapat dituliskan sebagai berikut:
Dimana ηad : Efisiensi adiabatik keseluruhan (dinyatakan dalam persen)
Lad : Daya adiabatik teoritis (kW)
Ls : Daya yang masuk pada kompresor (kW)
Besarnya
daya adiabatik teoritis dapat dihitung dengan rumus:
Ps : Tekanan isap
tingkat pertama (Kgf/m2 abs)
Pd : Tekanan keluar
dari tingkat akhir (Kgf/m2 abs)
Qs : Jumlah volume gas yang keluar dari tingkat terakhir (m3/min)
k : Cp/Cv
m : Jumlah tingkat kompresi
Setelah Kita mengetahui dasar-dasar kompresi pada kompresor akan dilanjutkan bagaimana cara menghitung daya kompresor, jenis penggerak dan transmisi daya poros, penentuan spesifikasi kompresor beserta pemilihan bahan pada tulisan selanjutnya.
Demikianlah penjelasan tentang kompresi gas pada kompresor, untuk lebih jelas dan lengkapnya silahkan membaca referensi di bawah ini:
Sularso, haruo tahara, 1994. Pompa Dan Kompresor : Pemilihan, Pemakaian Dan. Pemeliharaan, Jakarta : Pradya Paramita.
Qs : Jumlah volume gas yang keluar dari tingkat terakhir (m3/min)
k : Cp/Cv
m : Jumlah tingkat kompresi
Setelah Kita mengetahui dasar-dasar kompresi pada kompresor akan dilanjutkan bagaimana cara menghitung daya kompresor, jenis penggerak dan transmisi daya poros, penentuan spesifikasi kompresor beserta pemilihan bahan pada tulisan selanjutnya.
Demikianlah penjelasan tentang kompresi gas pada kompresor, untuk lebih jelas dan lengkapnya silahkan membaca referensi di bawah ini:
Sularso, haruo tahara, 1994. Pompa Dan Kompresor : Pemilihan, Pemakaian Dan. Pemeliharaan, Jakarta : Pradya Paramita.
nice info min, jadi tau tentang kompresi gas
ReplyDeletesama2 gan.. barokah
DeleteMaksih gan matrtinya
ReplyDeleteMaterinya
ReplyDeleteMaterinya
ReplyDeleteMateri kompresi gas sebagai topik utama muncul dengan kuat...
ReplyDeleteSaran : Diberi sedikit contoh soal atau aplikasi dari rumus
Makasih ya penjelasannya jadi lebih paham,tapi kekurangannya tolong di kasih contoh soal
ReplyDelete